Ya, setidaknya pada hari Jumat 19 Agustus 2016 aku mengikuti
gala premiere film yang juga di dukung oleh BNN tersebut, sebelum aku membahas
liputan kali ini aku ingin mengajak kepada Sobat FFBO untuk Say No To Drugs dan
Say Yes to Movies atau katakan dalam hati sobat dalam-dalam “Say Yes To
Creative Without Drugs”
Well, undangan ini sebenarnya dikarenakan posisiku juga
selain seorang magician serta admin di Fanspage kesayangan ini, aku juga
seorang Blogger. Sehingga keuntungan seorang Blogger diantaranya dapat mereview
secara free.
Saat Gala Premiere ini juga turut di dukung oleh Wakil
Walikota Pontianak Bapak Edi Rusdi Kamtono, Pengurus Hipmi Kalbar M. Rizal
Edwin, serta kru dari BNN dan tentunya para pemain di film ini. Lalu bagaimana
penilaianku terhadap film ini sendiri.
Well, bisa dikatakan film Tiga Pilihan Hidup adalah film
Indonesia yang kedua kalinya kutonton di XXI setelah film Pontien untuk tahun
ini. Secara background maupun tujuan film ini sendiri cukup dibilang memuaskan,
Dengan akting Drama yang lumayan apik, tidak mudah memerankan orang yang
kecanduan dan menjadi gila. Kuakui akting seperti ini cukup sulit sehingga tak
jarang siapapun yang berhasil memerankan karakter seperti ini maka bisa
dipastikan dia bukan aktor maupun aktris sembarangan.
Nicolas Cage contohnya lewat film Leaving Las Vegas dia
berhasil meraih penghargaan Academy Awards.
Jujur ada beberapa kisah yang menarik di film ini meskipun diambil
secara “maaf” sedikit lebay, ada kisah Tessy yang kita ketahui bahwa pelawak
yang bernama lengkap Kabul Basuki tersebut pernah menenggak cairan larutan
sehingga menyebabkan dia masuk Rumah Sakit. Ok bagiku kisah itu layak masuk.
Namun banyak kejanggalan yang lain di film ini sehingga
membuatku untuk memutuskan bahwa film ini hanya cocok di putar saat penyuluhan,
yaitu Scene terakhir atau detik-detik terakhir dimana tokoh bandar
Internasional yang bernama Along ini memiliki rumah besar seperti rumahnya para
Kartel Hispanic di film-film Hollywood. Sebut saja film Bad Boys II, Fast
Furious 2, serta beberapa film lainnya.
Lalu dimana letak permasalahannya. Oke sekarang kalian bayangkan ada
rumah yang sedemikian besar tidak memiliki satpam / security, sehingga control
room CCTV terletak di ruangan sang Bandar
Konyolnya lagi Bandar saat itu tengah transaksi dengan orang
Amerika Berkulit hitam, dan dia tidak memerhatikan CCTV yang terpasang di
ruangannya, padahal saat itu Polisi tengah melakukan aksi penyergapan. Kenapa Control Room tidak dipasang di ruangan
security ? dan Polisi seharusnya melumpuhkan security tersebut, atau dengan
cara melakukan aksi peretasan CCTV. Tentunya menurutku hal ini lebih masuk akal
bukan.
Okelah, lalu kenapa saat ada aksi baku tembak kedua orang
penjahat mampu dilumpuhkan oleh Jupe hanya dengan menekel kaki ? Bukankah saat
baku tembak adalah saat yang paling krusial ? Dan kenapa BNN tidak menyewa
Stuntman saat membuat scene penyergapan ? Ayolah, mungkin jika film ini dibuat
tanpa membuat aksi penyergapan akan menarik, sehingga tidak membuat kepala
pusing, mata sakit. Dan kenapa saat ada
seorang penjahat yang jatuh dari lantai dua efeknya mirip dengan efek di salah
satu tv swasta yang suka memasukkan hewan-hewan aneh ?
Adalah sebuah tindakan blunder yang berbahaya jika film ini
dibuat di bioskop. Namun jika diputar saat ada penyuluhan ataupun di tv mungkin
bisa menjadi alternatif yang menarik.
--bangudin/mh--
Written by: Dzulfadhli Aceh
Download RPP, Updated at:
01.23